28 September 2008

Siasat Nafas Panjang

Pendidikan anak dalam pandangan para pendidik begitu jelas, sejelas cahaya matahari pada siang hari. Meskipun demikian, masih sering kita mendengar, menyaksikan, dan membaca tentang berbagai penyimpangan perilaku anak-anak dalam masyarakat sebagai akibat dari pendidikan yang salah. Sebagian muncul karena ketidakpedulian, sikap meremehkan, dan kelalaian dalam mendidik; sebagian lagi muncul dari niat yang baik, namun tetap salah karena ketidaktahuan cara mendidik; sebagian lagi timbul sebagai dampak dari sikap orang tua yang diktator, otoriter, dan lain-lain. Kita harus memahami bahwa anak hanyalah tamu yang baru di dalam keluarga dan masyarakat. Perlu waktu yang lama dan kesabaran agar ia belajar tentang pola-pola perilaku yang sesuai kebiasaan, adab, dan aturan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Ia persis seperti pendatang baru yang memerlukan waktu lama dan kesabaran untuk dapat berbahasa dengan bahasa yang digunakan oleh penduduk sekitar.
Muhammad Rasyid Dimas, menyampaikan kalau tanggung jawab kita sebagai orang tua tidaklah menuntut kita bekerja 24 jam untuk menumbuhkn perilaku baik anak-anak kita. Kita hanya harus mengajari mereka tentang perilaku yang benar dan meletakkan batasan-batasan yang penting yang tidak boleh dilanggar, agar mereka tidak merugikan diri mereka dan orang lain. Jadi, tanggung jawab kita bukanlah mengubah kehidupan ini menjadi ceramah-ceramah dan memosisikan anak-anak sebagai orang-orang yang wajib menyimak dan melaksanaknnya. Ceramah yang dilakukan oleh orang tua tidak akan memberi peluang leluasa bagi iklim dialog antara ia dan anaknya sebab bentuknya hanya instruksi satu arah dan si anak hanya diminta taat tanpa diskusi. Jika demikian, mereka akan hidup seperti mesin yang sudah diprogram, bukannya sosok independen yang memiliki kemampuan berpikir dan berkreasi serta mengambil keputusannya sendiri. Sebab beliau menegaskan, bahwa tujuan kita dalam mendidik anak adalah menjadikan mereka merasa bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, bukan menjadikan mereka sebagai robot atau orang yang selalu harus kita ingatkan tentang kewajiban-kewajibannya.
Kita ketahui, pada saat ini umat membutuhkan lahirnya generasi yang kuat, berkomitmen kepada ajaran-ajaran Allah dan sunnah Nabi-Nya, kreatif, dermawan, mampu berkontribusi dalam segala bidang kehidupan, mampu mengembalikan umat kepada kejayaan, berani menghadapi segala permasalahan zaman, dan siap merespons aneka tantangan dengan penuh kebijakan, kekuatan, dan pemahaman. Cara untuk melakukan pendidikan anak adalah berkomunikasi secara baik. Pertama, komunikasi yang dijalin antara kedua orang tua sendiri, jika orang tua menginginkan anak-anaknya tumbuh secara baik dalam segi afeksi, hendaknya mereka mengevaluasi sesuatu yang seharusnya mereka lakukan dalam merespons perilaku anak-anak mereka. Mereka harus meningkatkan kekompakkan dalam komunikasi satu sama lain, terutama dalam merespons perilaku sosial yang sensitif. Mereka juga harus menentukan dan menyepakati perbuatan-perbuatan yang disukai dan perbuatan-perbuatan sebaliknya pada anak-anaknya. Jika tidak adanya komunikasi untuk mengkompakkan antara kedua orang tua dalam mengambil strategi pendidikan akan membuat anak bingung dan mengalami guncangan dalam perilaku mereka. Kedua, komunikasi antara orang tua dan anak, dengan tujuan memperbaiki kesadarannya dan memperluas wawasannya tentang perilaku, adalah hal yang amat penting. Seorang anak membutuhkan adanya komunikasi yang jelas dari ibu dan bapaknya. Tentu saja komunikasi yang baik antar anggota keluarga ini membutuhkan banyak dialog, curah pendapat, dan diskusi, misalnya dengan melibatkan anak dalam membuat aturan tentang perilakunya atau aturan untuk meluruskan aturannya. Dengan demikian, ia akan berusaha untuk menghormati, mematuhi aturan bahkan sampai merasa terikat dengannya. Beliau menambahkan, cara yang aman dan lebih banyak manfaatnya dalam menghadapi persoalan dan permasalahan anak adalah dengan siasat nafas panjang dan dengan kemampuan mengendalikan emosi dan amarah.
Menurut pemahaman Islam dengan disesuaikan karakter pertumbuhan pada masa kanak-kanak menawarkan solusi yang logis dalam mendidik anak yakni melakukan transisi secara bertahap dan perlahan-lahan. Tindakan ini dimulai dengan pujian dan sanjungan terhadap perilaku baiknya, mengabaikan kesalahan yang tidak prinsipil dan tidak menonjol, mengecamnya secara tertutup dan kemudian terbuka, baru kemudian memberlakukan hukuman sebagai urutan terakhir.


Judul : 20 Langkah Salah Mendidik Anak
Penulis : Muhammad Rasyid Dimas
Cetakan : Keempat
Tahun terbit : 2007
Tebal : 122 hlm
ISBN : 979-3977-79-5

Tidak ada komentar: