27 September 2008

Dari Politik Sampai Militer


Anak bukan hanya sekedar lembaran putih bersih sebagaimana yang dikatakan oleh banyak orang. Anak adalah makhluk hidup yang eksis. Berbicara mengenai pendidikan (tarbiyah), ada tiga hal asasi yang sering dilupakan oleh kebanyakkan orang tua, yakni pendidikan lingkungan, moral (akhlaq) dan ruhiyah (spiritual). Terkadang orangtua sangat perhatian terhadap pendidikan akal dan jasad, tetapi lalai terhadap tiga hal yang telah disebutkan diatas.

Kalau kita sadar, sebenarnya cukup banyak cara dan sarana untuk memberikan pendidikan dari tiga hal tersebut secara dini kepada anak-anak kita. Misalnya, pada fase sang buah hati lahir sampai dua tahun (fase menyusui). Pembinaan ruhiyah pada fase ini bisa dilakukan mulai dari mengumandangkan adzan dan iqamat di telinga anak, berdoa dan bersyukur kepada Allah, mengolesi bibir anak dengan kurma, mencukur rambut dan bershadaqah, aqiqah, memberi nama, sampai khitan.

Sedangkan saat menyusui pun, anak bisa diberikan pendidikan moral dan bermasyarakat. Yaitu dengan memberi kehangatan dekapan dan kasih sayang seorang Ibu, apalagi jika ditambah dengan kecupan. Penulis juga mewanti-wanti agar jangan sekali-kali menyerahkan anak secara total kepada pembantu atau pengasuh anak. Cinta dan kasih sayang yang mereka berikan akan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan cinta dan kasih sayang orangtuanya sendiri.

Pembaca yang budiman, sebenarnya aktivitas menyusui tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan rasa haus anak. Namun, dalam menyusui terkandung nilai-nilai pembelajaran sosial bermasyarakat untuk anak. Dari sanalah muncul interaksi aktif antara ibu dan bayinya. Cara menyusui yang baik akan menambah rasa percaya diri anak terhadap lingkungannya. Dan ternyata, dengan menyusui kita juga bisa menanamkan nilai-nilai kedisiplinan bagi buah hati, caranya : seorang ibu harus menyusui anaknya pada waktu yang telah ditentukan. Jangan menyusui ketika anak anda merengek atau menangis. Atau pun bisa dengan membiasakan memberi sesuatu yang lebih kepada anak pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Disiplin merupakan fitrah yang sudah ada secara turun-temurun.

Ketika anak memasuki fase pasca menyusui, yakni usia anak antara dua tahun hingga akhir enam tahun. Apa yang terjadi kepada anak pada fase ini menggambarkan tentang kepribadian masa depannya. Mulai usia tersebutlah kepribadian seseorang mulai terbentuk, seperti keberanian atau pengecut, pemurah atau kikir, dan sebagainya. Akan sulit bagi kita untuk mengubah sebagian gambaran kepribadian tersebut. Riset membuktikan, mengubah sikap kepribadian yang jelek lebih sulit dibandingkan dengan mengubah yang sudah baik menjadi jelek. Maka peran Ibu pada fase ini lebih dibutuhkan daripada peran Ayah karena Ibu adalah orang yang paling sering berinteraksi dengan anak.

Di samping itu, kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan jati diri seorang anak. Di fase ini penulis memulai pemaparannya dengan menyampaikan beberapa kebutuhan jiwa anak, harapannya agar interaksi anda dengan anak anda tidak salah langkah. Karena pada fase ini, banyak indikasi pertumbuhan anak mulai dari kecenderungan pada ego pribadi, suka meniru sampai memiliki rasa kompetitif terhadap yang lainnya. Setelah itu penulis memaparkan cara dan sarana untuk melakukan pendidikan dari tiga hal tersebut.

Pertama, dari pendidikan lingkungan. Untuk memunculkan jiwa sosial dan bermasyarakat pada anak, bisa dengan memberikan contoh yang baik, selain itu bisa dengan menciptakan kondisi keluarga yang harmonis, mengajaknya bermain bersama, mengajaknya ke masjid, dan memaksimalkan institusi pendidikan seperti taman kanak-kanak atau taman bermain. Tak cukup sampai disitu, penulis mengusulkan kepada keluarga muslim agar melakukan pendidikan politik secara intensif. Politik dalam konteks rumah tangga berarti memimpin, mengelola, dan mengatur segala urusan dan permasalahan yang ada didalamnya. Pendidikan politik dalam keluarga yaitu menumbuhkan semangat beramal jama’i, saling menolong, menubuhkan semangat bermusyawarah, dan memperhatikan sesama muslim di kalangan anak-anak.

Kedua, pendidikan secara ruhiyah. Biasanya dilakukan lewat doa dan dzikir, membaca Al-Qur’an, ibadah, tetapi bisa juga dengan menceritakan kisah-kisah para nabi. Selain itu, bisa juga melalui alunan nasyid dan syair-syairnya.

Di dalam buku ini, penulis membuat bab tersendiri tentang pendidikan untuk balita, penulis menganggap hal tersebut sangat penting dan menjadi tanggung jawab para orang tua untuk diaplikasikan kepada anak-anak sebelum beranjak dewasa. Pendidikan itu yakni terkait mengenalkan jilbab dan hijab; televisi; video; uang; agenda harian keluarga muslim; sampai pemberian pendidikan militer. Di bagian lain buku ini juga dijelaskan peran keluarga dalam mempersiapkan anak-anak untuk memasuki sekolah dan hubungan keluarga dengan sekolah.

Judul : Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak : Panduan Mendidik Anak Usia Prasekolah
Penulis : Khalid Ahmad Syantut
Penerbit : Syaamil Cipta Media
Tahun terbit : 2007
Tebal : 210 hlm
ISBN : 979-399-206-X

Tidak ada komentar: